Misteri Pembunuhan Presiden Kennedy
SEJUMLAH dokumen dan transkrip
pembicaraan tentang rencana pembunuhan Presiden John Fitzgerald Kennedy
(JFK) ditemukan. Akankah misteri dan dalang pembunuhan itu terungkap?
Ruby Carousel Club, Dallas, Amerika Serikat (AS), pada 4 Oktober 1963, terjadi sebuah pembicaraan penting soal konspirasi pembunuhan. Jack Ruby selaku pemilik Ruby Carousel Club dan Lee Harvey Oswald berdebat rencana besar untuk “membersihkan” John F Kennedy.
Ruby Carousel Club, Dallas, Amerika Serikat (AS), pada 4 Oktober 1963, terjadi sebuah pembicaraan penting soal konspirasi pembunuhan. Jack Ruby selaku pemilik Ruby Carousel Club dan Lee Harvey Oswald berdebat rencana besar untuk “membersihkan” John F Kennedy.
Keduanya berdebat keras dengan kata-kata tajam dan penuh ketegangan.
Lee: Banyak cara untuk membersihkan dia (Jaksa Agung Robert Kennedy) tanpa harus membunuhnya?
Ruby: Bagaimana caranya?
Lee: Saya bisa menembak saudaranya.
Ruby: Maksudmu Tuan Presiden.
Lee: Betul,Tuan Presiden.
Ruby: Namun, tindakan itu tidak patriotik.
Lee: Banyak cara untuk membersihkan dia (Jaksa Agung Robert Kennedy) tanpa harus membunuhnya?
Ruby: Bagaimana caranya?
Lee: Saya bisa menembak saudaranya.
Ruby: Maksudmu Tuan Presiden.
Lee: Betul,Tuan Presiden.
Ruby: Namun, tindakan itu tidak patriotik.
Pada
pembicaraan yang tegang tersebut Lee menyatakan akan membunuh semua
keluarga Kennedy serta membutuhkan senapan dan gedung yang tinggi.
Kemudian, dalam pembicaraan itu, Ruby berkata, “Kamu terlalu banyak
mengajukan pertanyaan. Ingat, mereka tahu apa yang kamu rencanakan, tapi
kamu tidak tahu mereka. Mereka selalu mengawasimu…”.
Sebulan
kemudian, tepatnya 22 November 1963, JFK tewas ditembak saat melakukan
kunjungan ke Dallas. JFK yang menggunakan mobil Ford Convertible (atap
terbuka) itu tewas seketika begitu dua peluru menghantam leher dan
kepalanya, saat iring-iringan kendaraannya melintas tepat di depan Texas
Scholl Book Depository. Lee Harvey Oswald belakang diduga sebagai
pelaku penembakan terhadap JFK.
Sementara
itu, Jack Ruby adalah orang yang menembak mati Lee ketika berhasil
ditangkap polisi. Kematian Lee yang belum pernah dihadapkan ke
pengadilan membuat kematian JFK menjadi misteri. Namun,kini terungkap
adanya hubungan antara Lee dan Ruby.
Hal
itu setelah ditemukannya dokumen berisi transkrip pembicaraan keduanya.
Dokumen penting yang telah tersimpan selama empat dekade di pengadilan
Dallas itu ditemukan di antara tumpukan kertas dalam beberapa kardus
yang disimpan di lantai 10.
Jaksa
Dallas County Craig Watkins menyatakan, dokumen ini bukan termasuk
kategori rahasia. Sebab, di dalam kotak itu banyak dokumen berisi
transkrip rencana pembunuhan JFK yang dikumpulkan sejak 1963.
“Kami
tidak tahu pasti apakah transkrip pembicaraan itu aktual atau tidak.
Itu akan menjadi perdebatan di lingkungan masyarakat, apakah itu benar
atau tidak, telah terjadi sebuah konspirasi untuk membunuh presiden
(JFK),” jelas Watkins.
Selain itu, berdasar pembicaraan antara Lee dan Ruby, terungkap bahwa rencana pembunuhan itu sebenarnya diarahkan kepada saudara JFK, yaitu Robert Kennedy yang menjadi jaksa agung.
Selain itu, berdasar pembicaraan antara Lee dan Ruby, terungkap bahwa rencana pembunuhan itu sebenarnya diarahkan kepada saudara JFK, yaitu Robert Kennedy yang menjadi jaksa agung.
Opini
berbeda disampaikan Terri Moore, asisten Watkins. Dia menyatakan,
transkrip pembicaraan yang telah dimuat pada harian Dallas Morning News
itu merupakan bagian dari transkrip film yang dibuat seorang sutradara
bernama Henry Wade.
Israel Ada di Balik Pembunuhan JFK
London,
Senin – Israel berada di balik pembunuhan Presiden AS John F Kennedy
pada tahun 1963. Hal itu terjadi karena John F Kennedy menekan David Ben
Gurion, Perdana Menteri Israel saat itu, soal nuklir Israel. Demikian
diutarakan oleh Moderchai Vanunu kepada mingguan London berbahasa Arab
Al-Hayatt, yang hasilnya akan diterbitkan dalam suplemen harian itu
bernama Al-Wassat.
Vanunu
adalah mantan teknisi pada reaktor nuklir Israel di Dimona, selatan
Negev. Vanunu dipenjara setelah ditangkap Mossad pada 1986 karena
membocorkan rahasia nuklir Dimona kepada harian Inggris Sunday Times.
Proyek nuklir Israel itu sudah berusia 40 tahun, dimulai secara resmi
tahun 1965.
Setelah
dibebaskan pada April 2004, Vanunu tak diperbolehkan berbicara dengan
orang asing, tidak boleh bepergian ke luar negeri. Tidak jelas,
bagaimana dia bisa diwawancarai oleh media.
Hari
Senin kemarin Mahkamah Agung Israel di Jerusalem memutuskan Vanunu
tidak boleh keluar dari Israel dan juga tidak boleh memberikan wawancara
kepada media. “Ini hari sedih,” kata Vanunu.
Alasan
Israel, mulut Vanunu masih bisa “bocor” dan membeberkan rincian reaktor
Dimona, termasuk otak di balik reaktor nuklir tersebut.
Kembali
ke soal pembunuhan John F Kennedy (JFK), Vanunu mengatakan, menurut
sebuah indikasi yang sudah hampir pasti, Kennedy dibunuh sehubungan
dengan tekanan yang diberikannya kepada Ben Gurion sehubungan dengan
reaktor nuklir Dimona.
Ben
Gurion adalah perdana menteri (PM) pertama Israel yang menjabat pada
periode 1949 hingga 1954. Ia terpilih kembali sebagai PM dari 1955
hingga 1963. Ben Gurion adalah Yahudi keturunan Polandia yang lahir pada
tahun 1886 dan pindah ke Israel tahun 1906.
“Kami
tidak tahu siapa yang akan tampil menjadi PM dan memutuskan untuk
menggunakan senjata nuklir dalam perjuangan melawan negara-negara
tetangga Arab,” kata Vanunu, yang kini tinggal di sebuah apartemen yang
diawasi.
Berita soal
pembunuhan JFK oleh peran Israel itu tidak begitu runtut. Namun yang
jelas, pada Juni 1964 Levi Eshkol tampil sebagai PM menggantikan Ben
Gurion. Reaktor nuklir Dimona dimulai tahun 1965, tetapi perencanaannya
sudah dilakukan sebelumnya.
Oswald
Secara terpisah, sebuah sumber di Israel kepada WorldNetDaily mengatakan, setelah pembunuhan JFK, intelijen Israel melakukan sebuah tugas untuk memperlihatkan bagaimana Lee Harvey Oswald (penembak JFK) bisa membunuh JFK dari posisinya di lantai 6 sebuah gedung yang dekat dengan iringan-iringan JFK di Kota Dallas.
Secara terpisah, sebuah sumber di Israel kepada WorldNetDaily mengatakan, setelah pembunuhan JFK, intelijen Israel melakukan sebuah tugas untuk memperlihatkan bagaimana Lee Harvey Oswald (penembak JFK) bisa membunuh JFK dari posisinya di lantai 6 sebuah gedung yang dekat dengan iringan-iringan JFK di Kota Dallas.
Namun,
sebuah simulasi lain menunjukkan bahwa si penembak Kennedy menggunakan
peralatan yang sangat canggih, yang dipasangkan pada sebuah tripod.
Peralatan tembak itu juga menggunakan sinar laser pelacak sasaran yang
akurat. Sumber tersebut mengatakan, “Hampir tidak mungkin bagi Oswald
melakukan penembakan seperti yang dituduhkan.”
Selama
ini cerita yang beredar soal penyebab kematian JFK adalah konspirasi di
balik semua itu, yang hingga kini belum jelas juga.
Namun,
juru bicara untuk PM Israel Ariel Sharon bernama Ra’anan Gissin
mengatakan, komentar Vanunu justru akan membuat kredibilitas Vanunu
semakin rusak.
Timur Tengah terancam
Pada wawancara itu, Vanunu meminta Pemerintah Jordania untuk segera memeriksa warga Jordania, apakah sudah terkena radiasi nuklir atau tidak serta melakukan tindakan pengobatan segera. Dimona berada di Israel selatan dan perbatasan dengan Jordania.
Pada wawancara itu, Vanunu meminta Pemerintah Jordania untuk segera memeriksa warga Jordania, apakah sudah terkena radiasi nuklir atau tidak serta melakukan tindakan pengobatan segera. Dimona berada di Israel selatan dan perbatasan dengan Jordania.
Vanunu
juga mengatakan, Israel kini memiliki senjata yang bisa menghancurkan
kawasan dan membunuh jutaan orang. Ia menambahkan, Timur Tengah kini
berisiko terkena radiasi nuklir jika terjadi kecelakaan pada reaktor
nuklir Dimona, atau kecelakaan itu akan mirip dengan “Chernobyl kedua”,
mengambil cerita soal bencana nuklir Ukraina yang mematikan 15.000
orang. Akibat bencana itu tiga juta orang hingga kini terus menerima
santunan.
Vanunu juga
mengatakan, Ketua Badan Energi Atom Internasional Mohamed ElBaradei tak
diberikan akses ke reaktor nuklir yang sebenarnya, dalam kunjungannya ke
Israel dua pekan lalu.
Artikel ini nemu dari terselubung.blogspot.com/2009/06/pembunuhan-jfk.html
0 comments:
Post a Comment