Tempayan Retak
Seorang ibu yang sudah tua memiliki dua buah tempayan, yang dipikul di pundaknya dengan menggunakan bambu.
Salah satu dari tempayan itu retak, sedangkan yang satunya tidak bercela dan selalu memuat air hingga penuh.
Setibanya di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal separuh.
Selama dua tahun hal ini berlangsung setiap hari, dimana sang ibu tua membawa pulang air hanya satu setengah tempayan.
Tentunya si tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya.
Namun tempayan yg retak merasa malu akan kekurangannya dan sedih, sebab dia hanya bisa memenuhi setengah dari kewajibannya.
Setelah dua tahun yang dianggapnya sebagai kegagalan, akhirnya dia berbicara kepada ibu tua di dekat sungai. "Aku malu, sebab air bocor melalui bagian tubuhku yang retak di sepanjang jalan menuju ke rumah mu."
Ibu itu tersenyum dan menjawab,
"Tidakkah kau lihat bunga yang beraneka ragam di jalur yang kau lalui, namun tidak ada di jalur yang lainnya? Aku sudah tau kekuranganmu, jadi aku menabur benih bunga di jalurmu dan setiap hari dalam perjalanan pulang kau menyirami benih-benih itu, selama dua tahun ini pula aku bisa memetik bunga-bunga yang cantik untuk menghias meja.
Kalau kau tidak seperti itu, maka rumah ini tidak bisa seasri seperti ini sebab tidak ada bunga."
Kita semua punya kekurangan ...
Namun kekurangan itulah yang menjadikan hidup kita bersama menjadi menyenangkan dan memuaskan dengan saling melengkapi satu dengan yang lain.
Kita harus bisa menerima setiap orang apa adanya dan mencari yang terbaik dalam diri mereka.
Saudaraku sesama tempayan yang retak, semoga harimu menyenangkan.
Jangan lupa mencium wanginya bunga di jalurmu
INGAT! Tak ada manusia yg sempurna!!!
Di dalam persahabatan kita juga, kadang ada ucapan kita yang menyenangkan, ada juga ucapan kita yang dapat melukai perasaan org lain, tapi jangan ucapan yang melukai itu menjadi beban bagi yang mendengarnya, tapi itu adalah cermin kedewasaan kita untuk belajar memahami ucapan yang melukai tersebut.
Sumber
Artikel ini nemu dari
Salah satu dari tempayan itu retak, sedangkan yang satunya tidak bercela dan selalu memuat air hingga penuh.
Setibanya di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal separuh.
Selama dua tahun hal ini berlangsung setiap hari, dimana sang ibu tua membawa pulang air hanya satu setengah tempayan.
Tentunya si tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya.
Namun tempayan yg retak merasa malu akan kekurangannya dan sedih, sebab dia hanya bisa memenuhi setengah dari kewajibannya.
Setelah dua tahun yang dianggapnya sebagai kegagalan, akhirnya dia berbicara kepada ibu tua di dekat sungai. "Aku malu, sebab air bocor melalui bagian tubuhku yang retak di sepanjang jalan menuju ke rumah mu."
Ibu itu tersenyum dan menjawab,
"Tidakkah kau lihat bunga yang beraneka ragam di jalur yang kau lalui, namun tidak ada di jalur yang lainnya? Aku sudah tau kekuranganmu, jadi aku menabur benih bunga di jalurmu dan setiap hari dalam perjalanan pulang kau menyirami benih-benih itu, selama dua tahun ini pula aku bisa memetik bunga-bunga yang cantik untuk menghias meja.
Kalau kau tidak seperti itu, maka rumah ini tidak bisa seasri seperti ini sebab tidak ada bunga."
Kita semua punya kekurangan ...
Namun kekurangan itulah yang menjadikan hidup kita bersama menjadi menyenangkan dan memuaskan dengan saling melengkapi satu dengan yang lain.
Kita harus bisa menerima setiap orang apa adanya dan mencari yang terbaik dalam diri mereka.
Saudaraku sesama tempayan yang retak, semoga harimu menyenangkan.
Jangan lupa mencium wanginya bunga di jalurmu
INGAT! Tak ada manusia yg sempurna!!!
Di dalam persahabatan kita juga, kadang ada ucapan kita yang menyenangkan, ada juga ucapan kita yang dapat melukai perasaan org lain, tapi jangan ucapan yang melukai itu menjadi beban bagi yang mendengarnya, tapi itu adalah cermin kedewasaan kita untuk belajar memahami ucapan yang melukai tersebut.
Sumber
Artikel ini nemu dari